Minggu, 08 Januari 2017

Pemisahan Pigmen Warna Pada Daun Suji Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Tujuan Praktikum :
     1. Memahami prinsip dasar KLT
     2. Mampu melakukan pemisahan

Dasar Teori :
     Pada dasarnya Kromatografi Lapis Tipis (KLT) sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaannya terlihat pada media pemisahannya yakni digunakan Lapis Tipis adsorben yang halus yang tersangga pada papan kaca, alumunium atau plastik sebagai pengganti kerta.
     Dasar pemisahan pada KLT adalah perbedaan kecepatan migrasi diantara fasa diam yag berupa padatan dan fasa gerak yang merupakan campuran solven (eluen) yang juga dikenal dengan istilah pelarut pegembang campur. Jenis eluen yang digunakan tergantung jenis sampel yang akan dipisahkan.

Alat dan Bahan :
     - Mortar dan penggerus          - Spatula
     - Gunting                                - Oven
     - Gelas kimia                          - Plat KLT
     - Neraca analitik                     - Daun suji
     - Saringan                               - n-Heksan
     - Gelas ukur

Cara Kerja :
     A. Tanpa Di Oven
          1. Menyiapkan alat dan bahan
          2. Memotong daun suji menjadi ukuran kecil
          3. Menimbang 10 gram daun suji yang telah dipotong
          4. Menumbuk daun suji menggunakan mortar sampai halus
          5. Menyaring ekstrak daun suji menggunakan saringan
          6. Menyimpan plat KLT di atas ekstrak daun suji
          7. Mengamati penyerapan warna yang terjadi pada plat KLT
          8. Menghitung nilai Rf
     B. Di Oven
          1. Menyiapkan alat dan bahan
          2. Memotong daun suji menjadi ukuran kecil
          3. Menimbang daun suji sebanyak 10 gram
          4. Menumbuk daun suji hingga halus
          5. Menambahkan n-Heksan secukupnya, kemudian saring dengan kain saringan hingga
              mendapatkan ekstrak daun suji
          6. Mengoven terlebih dahulu plat KLT selama 1 jam
          7. Meneteskan ekstrak daun suji yang kental di tengah-tengah garis
          8. Menyediakan n-Heksan dalam gelas ukur 5 mL sebanyak 1,5 mL
          9. Mencelupkan plat KLT, tunggu sampai pigmen-pigmen terurai
        10. Mengukur masing-masing pigmen yang terurai

Data Pengamatan :

No
Adsorben
Pelarut
Hasil
Jarak
Rf
1
Plat KLT
(Tanpa dioven)
n-Heksan
Klorofil
Xantofil
Karoten
Pelarut
3,6 cm
9,6 cm
9, cm
9,6 cm
0,37
1,00
0,93
2
Plat KLT
(Dioven)
n-Heksan
Klorofil
Xantofil
Karoten
Pelarut
0,6 cm
1,8 cm
9, cm
10 cm
0,06
0,18
0,90

Perhitungan :
     1. Plat KLT tanpa dioven (n-Heksan)
          - Klorofil ==> Rf = x/v = 3,6/9,6 = 0,375
          - Xantofil ==> Rf = x/v = 9,6/9,6 = 1,00
          - Karoten ==> Rf = x/v = 9/9,6 = 0,9375
     2. Plat KLT dioven (n-Heksan)
          - Klorofil ==> Rf = x/v = 0,6/10 = 0,06
          - Xantofil ==> Rf = x/v = 1,8/10 = 0,18
          - Karoten ==> Rf = x/v = 9/10 = 0,9

Pembahasan :
     Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode analisa yang cukup sederhana karena dapat menentukan jumlah komponen yang ada pada suatu bahan, bahkan dapat pula mengidentifikasi komponen-komponen tersebut. Pada Kromatografi, komponen-komponen yang akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
     Prinsip kerja KLT memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dalam bentuk plat KLT dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase geraknya tersebut.
     Pada percobaan kali ini yaiut pemisahan pigmen tumbuhan dengan Kromatografi Lapis Tipis untuk memperoleh pigmen tumbuhan dapat digunakan daun suji yang didahului dengan proses ekstraksi. Dalam prosesnya daun suji terlebih dahulu dihaluskan dan ditambahkan dengan larutan n-Heksan. Larutan n-Heksan merupakan pelarut non polar. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah daun suji karena pada daun suji terdapat suatu zat yang berupa klorofil, klorofil adalah zat warna hijau pada daun. Zat ini mudah untuk diteliti proses kromatografi nya.

Kesimpulan :
     - Prinsip KLT yaitu fasa gerak, gerak melalui fase diam dengan membawa komponen yang 
        terdapat dalam campuran dengan laju tiap komponen berbeda tergantung pada kepolaran
     - n-Heksan sebagai fase gerak dan plat KLT sebagai fase diam

Daftar Pustaka :
     https://www.academia.edu/1432213/kromatografi lapis tipis A. Pelaksanaan praktikum tujuan mempelajari teknik persiapan chamber dan aplikasi sampel

Selasa, 03 Januari 2017

Pemisahan Pigmen-Pigmen Rumput Dengan Kalsium Karbonat

Tujuan Praktikum :
     Agar mampu mengidentifikasi pigmen-pigmen yang ada dalam tanaman dengan kromatografi kalsium karbonat

Dasar Teori :
     Kromatografi merupakan metode pemisahan dua komponen atau lebih dalam suatu campuran homogen berdasarkan distribusi senyawa-senyawa tersebut dalam dua fasa, fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam atau stationary phase adalah bagian yang letaknya tetap atau diam di sepanjang kolom pemisah, dapat berupa zat padat atau zat cair. Fasa gerak atau mobile phase adalah bagian yang bergerak sepanjang kolom pemisahan dari ujung sampai akhir kolom dengan proses kromatografi, dapat berupa zat cair atau gas. Proses pemisahan masing-masing komponen terjadi karena perbedaan keterikatan komponen tersebut pada fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan keterikatan dapat diketahui dari koefisien distribusi, kelarutan, muatan ion, daya adsorbsi, ukuran molekul dan sifat-sifat fisika yang lain.
     Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikan nya.
     KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
     Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan IUADPH). Energi kimia ini akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbondioksida. Jadi, seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari energi dan adanya organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk berfotosintesis.

Alat dan Bahan :
     - Neraca analitik               - Mortar dan penggerus nya
     - Beaker glass                   - Kapur tulis
     - Lap                                 - Rumput
     - Gunting                          - n-Heksan

Cara Kerja :
     1. Memotong kecil-kecil rumput dengan gunting
     2. Mengekstrak dengan cara digerus dengan n-Heksan di dalam mortar sampai halus
     3. Menyaring atau disentrifugasi bahan ekstrak dengan lap ke dalam beaker glass
     4. Mencelupkan kapur tulis di tengah-tengah beaker glass
     5. Melakukan identifikasi pita-pita menurut warnanya

Data Pengamatan :

No
Absorben
Eluen
Hasil
Jarak
Rf
1
Kapur 1
n-Heksan
Karoten
Xantofil
Klorofil
Eluen
5,6      cm
3,2      cm
1,3      cm
5,7      cm
0,98
0,56
0,22
2
Kapur 2
n-Heksan
Karoten
Xantofil
Klorofil
Eluen
4,4      cm
2,5      cm
1,1      cm
4,5      cm
0,97
0,55
0,24
3
Kapur 3
Aseton
Xantofil
Klorofil
Eluen
1       cm
3,2      cm
3,2      cm
0,31
1
4
Kapur 4
Aseton
Xantofil
Klorofil
Eluen
7,2      cm
2,9      cm
7,2      cm
1
0,40
5
Kapur 5
Etanol
Xantofil
Klorofil
Eluen
2,5      cm
0,6      cm
6,5      cm
0,38
0,09

6
Kapur 6
Etanol
Xantofil
Klorofil
Eluen
2,5      cm
2,7      cm
6,5      cm
0,38
0,41

Perhitungan :
     1. Kapur 1 (n-Heksan)
          - Karoten ==> Rf = x/v = 5,6/5,7 = 0,98
          - Xantofil ==> Rf = x/v = 3,2/5,7 = 0,56
          - Klorofil ==> Rf = x/v = 1,3/5,7 = 0,22
     2. Kapur 2 (n-Heksan)
          - Karoten ==> Rf = x/v = 4,4/4,5 = 0,97
          - Xantofil ==> Rf = x/v = 2,5/4,5 = 0,55
          - Klorofil ==> Rf = x/v = 1,1/4,5 = 0,45
     3. Kapur 3 (Aseton)
          - Xantofil ==> Rf = x/v = 1/3,2 = 0,31
          - Klorofil ==> Rf = x/v 3,2/3,2 = 1
     4. Kapur 4 (Aseton)
          - Xantofil ==> Rf = x/v = 7,2/7,2 = 1
          - Klorofil ==> Rf = x/v = 2,9/7,2 = 0,40
     5. Kapur 5 (Etanol)
          - Xantofil ==> Rf = x/v = 2,5/6,5 = 0,38
          - Klorofil ==> Rf = x/v = 0,6/6,5 = 0,09
     6. Kapur 6 (Etanol)
          - Xantofil ==> Rf = x/v = 2,5/6,5 = 0,38
          - Klorofil ==> Rf = x/v = 2,7/6,5 = 0,41

Pembahasan :
     Kromatografi merupakan metode pemisahan dua komponen atau lebih dalam suatu campuran homogen berdasaarkan distribusi senyawa-senyawa tersebut dalam dua fasa, fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam atau stationary phase adalah bagian yang leraknya tetap atau diam di sepanjang kolom pemisah, dapat berupa zat padat atau zat cair. Fasa gerak atau mobile phase adalah bagian yang bergerak sepanjang kolom pemisahan dari ujung sampai akhir kolom dengan proses kromatografi, dapat berupa zat cair atau gas, pada percobaan kali ini, kami menggunakan kromatografi kalsium karbonat.
     Kapur sebagai absorben (media penyerap) merupakan fase diam, sedangkan n-Heksan sebagai pengekstrak merupakan fase gerak. Tidak semua pengekstrak merupakan fase gerak. n-Heksan mampu mengangkat pigmen warna dan membuat pigmen warna berkaitan dengan kalsium karbonat.
     Kaidah kelarutan lebih dikenal dengan prinsip like dissolve like. Setiap yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar, demikian juga setiap yang non polar hanya akan larut dalam pelarut non polar. Untuk yang semi polar tentunya menyesuaikan dengan ukuran kepolaran yang dimiliki nya. Bahan yang ionik tentunya juga lebih larut dalam pelarut polar. Bahan yang bersifat polar terdiri dari bahan yang bersifat ionik atau kovalen. Untuk yang non polar umumnya adalah bersifat kovalen. Pada kasus klorofil,klorofil bersifat polar karena dilarutkan oleh senyawa pelarut juga yaitu n-Heksan.
     Warna pigmen tidak berpengaruh dengan warna ekstrak, karena warna pigmen setelah bertemu dengan kalsium karbonat selalu mengeluarkan warna pigmen yang dicari, yaitu klorofil, xantofil, dan karoten. Pada rumput, dinding sel nya sulit untuk dipecah sehingga pigmen yang didapat sedikit akibat pengaruh serat. Faktor yang mempengaruhi daya serap yaitu sifat komponen, sifat absorben, dan temperatur. Sifat komponen yang dimaksud ialah n-Heksan (fase gerak), sedangkan sifat absorben nya ialah kapur (fase diam), dan temperatur sebagai suhu ruang.
     Analisis kimia pada dasarnya terbagi menjadi dua pekerjaan utama yang dikenal dengan analisis secara kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam sampel uji. Contohnya pengamatan perubahan warna larutan sampel pada tabung reaksi. Analisis kuantitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui kadar suatu senyawa dalam sampel. Contohnya perhitungan konsentrasi. Pada percobaan kali ini kami menggunakan analisa kuantitatif yaitu pengukuran nilai Rf dan analisa kualitatif yaitu pengamatan warna penyerapan pigmen pada kapur.
     Fungsi bahan yang digunakan adalah n-Heksan sebagai pengekstrak (fase gerak), kapur sebagai penyerap (fase diam), sampel yaitu rumput.

Kesimpulan :
     Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulan beberapa hal, yaitu :
          1. n-Heksan sebagai fase gerak dan kapur sebagai fase diam
          2. Klorofil bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar yaitu n-Heksan
          3. Warna pigmen tidak berpengaruh dengan warna ekstrak
          4. Analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif dan kuantitatif
          5. Serat pada dinding sel mempengaruhi jumlah klorofil yang didapat.

Daftar Pustaka :
     indhpsaru.blogspot.co.id/2013/06/normal-O-false-false-false-en-us-x-none.html

Jumat, 30 Desember 2016

Penentuan Indeks Bias Dengan Alat Refraktometer

Tujuan Praktikum :
     1. Memeriksa indeks bias dari sampel minuman
     2. Dapat menggunakan alat refraktometer dengan baik

Dasar Teori :
     Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan terlarut, misalnya gula, garam, dan sebagainya. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya.
     Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk identifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20°C dan suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat memengaruhi indeks bias. Alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias adalah Refraktometer ABBE. Untuk mencapai kestabilan, alat harus dikalibrasi dengan menggunakan platglass standart.

Alat dan Bahan :
     - Refraktometer                               - Larutan glukosa 5%, 8%, 10%
     - Pipet tetes                                      - Aquades
     - Sampel (ale-ale anggur)

Cara Kerja :
     1. Membuat larutan glukosa 5%, 8%, 10% masing-masing sebanyak 50 mL
     2. Meneteskan aquades ke prisma refraktometer, lalu menutupnya dan melihat angka pada refraktometer, 
         kemudian mengelap prisma dengan tissue
     3. Meneteskan larutan glukosa 5%, 8%, 10% secara bergantian ke prisma refraktometer lalu menutup dan 
         melihat angka pada refraktometer, kemudian mengelap prismanya dengan tissue
     4. Meneteskan sampel lalu menutup dan melihat angka pada refraktometer

Data Pengamatan :
  
No
Uraian
Hasil (mg)
1
Aquades (blanko)
0
2
Larutan glukosa 5%
Larutan glukosa 8%
Larutan glukosa 10%
4,3
7,2
9,0
3
Sampel ale-ale anggur
7,5

Perhitungan :
     Kadar glukosa ale-ale anggur = 8-x/10-8 = 7,2-7,5/9,0-7,2
                                                     = 8-x/2 = -0,3/1,8
                                                     = -0,6 = 14,4-1,8x
                                                     = -14,4 - 0,6 = -1,8x
                                                     = -15 = -1,8x
                                                            x = -15/-1,8
                                                            x = 8,33%

Pembahasan :
     Percobaan refraktometer ini bertujuan untuk mempelajari cara mengukur indeks bias dan melakukan analisis kuantitatif komponen dalam bahan berdasarkan indeks biasnya.
     Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minuman ale-ale anggur dan alat yang digunakan adalah refraktometer Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh kadar ale-ale anggur sebesar 8,33% dengan indeks bias 7,5

Kesimpulan :
     Kadar glukosa pada sampel minuman ale-ale anggur sebesar 8,33%

Daftar Pustaka :
     http://www.academia.edu/8845039/Refraktometer

Kamis, 29 Desember 2016

Penentuan Kadar Ca Pada Sampel Cangkang Keong Dengan Metode Gravimetri Pengendapan

Tujuan Praktikum : 
     1. Mengetahui kadar Ca pada sampel cangkang keong
     2. Mampu melakukan analisa

Dasar Teori :
     Keong sawah atau sering disebut tutut termasuk dalam kelompok operculata yang hidup diperairan dangkal yang berdasar lumpur serta ditumbuhi rerumputan air, dengan aliran air yang lamban, misalnya sawah, rawa, pinggir danau atau sangat kecil. Keong memiliki tinggi cangkang sampai 40 mm dengan diameter 15-25 mm, bentuk nya seperti kerucut membulat dengan warna hijau kehitaman. Puncak cangkang agak runcing, tepi cangkang menyiku tumpul pada yang muda, jumlah seluk 2-4, agak cembung, seluk akhir besar. Mulut membundar, tepinya bersambung, tidak melebar, umumnya hitam.
     Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan otot. Sumber kalsium dapat diperoleh dari tulang-tulangan, termasuk juga pada cangkang keong yang memiliki kadar Kalsium sekitar 1-10%.
     Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan. Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri ditimbang lalu dilarutkan dalam pelarut tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.

Alat dan Bahan :
     - Blender                    - Krus porselen
     - Beaker glass            - Tang krus
     - Pipet ukur                - Spatula
     - Hotplate                   - Bunsen
     - Batang pengaduk     - Sampel (Cangkang keong)
     - Kaca arloji               - HCl 1:3
     - Pipet tetes                - Metil merah
     - Oven                        - Urea 7,5 gram
     - Desikator                 - 2 gram  (NH4)2C2O4.H2O + 28 mL aquades +  1 mL HCl 1:3 (Larutan A)
     - Corong                     - (NH4)2C2O4.H2O 0,1% (Larutan B)
     - Statif dan klep         - Aquades
     - Neraca analitik        - Kertas saring

Cara Kerja :
     1. Menghancurkan sampel lalu menimbangnya sekitar 25-50 gram
     2. Mengabukan sampel
     3. Menambahkan 38 mL aquades
     4. Melarutkan sampel dengan HCl pekat sampai sampel larut
     5. Memanaskan dan menutup mulut beaker glass dengan kaca arloji
     6. Menghentikan pemanasan , menambahkan 75 mL aquades sambil membilas kaca arloji,
         menambahkan 15 mL Amonium Oksalat (Larutan A) sedikit demi sedikit secara perlahan
         sambil terus mengaduknya menambahkan 3 tetes metil merah dan menambahkan 7,5 gram urea
         kemudian memanaskan nya kembali sampai larut berubah warna hingga putih.
     7. Menggested larutan selama 1 jam
     8. Menyaring dan mencuci endapan dengan (NH4)2C2O4.H2O 0,1% (Larutan B)
     9. Memijarkan endapan sampai berwarna putih

Data Pengamatan :
No
Uraian
    Keterangan
1
Massa sampel
34,4951     gram
2
Massa krus kosong 1
22,2712     gram
22,2707     gram
22,2705     gram
3
Massa krus kosong 2
34,1840     gram
34,1836     gram
34,1835     gram
4
Massa krus 1 + endapan setelah pemijaran
Massa endapan 1
23,7271     gram

1,4563     gram
5
Massa krus 2 + endapan setelah pemijaran
Massa endapan 2
37,2465     gram

3,0628     gram
6
Total massa endapan
4,5191     gram

Perhitungan :
     1. Faktor Gravimetri
          FG = Ar Ca/Mr CaCO3
                = 40/100
                = 0,4
     2. Kadar Ca
          Kadar Ca = (Massa total endapan/Massa sampel) x FG x 100%
                          = (4,5191/34,4951) x 0,4 x 100%
                          = 0,1310 x 40
                          = 5,24%

Pembahasan :
     Pada praktikum kadar Ca, pada sampel cangkang keong digunakan metode gravimetri pengendapan. Sampel dihancurkan menggunakan blender untuk memudahkan analisa. Sampel diabukan sebelum dianalisa untuk memudahkan pelarutan sampel menggunakan aquades dan HCl. Penambahan HCl tidak hanya untuk melarutkan sampel tetapi juga untuk mengasamkan suasana. Untuk menyempurnakan pelarutan, sampel dipanaskan dan ditutup dengan kaca arloji agar CaCl2 tidak menguap lalu ditambahkan 75 mL aquadest sembari membilas kaca arloji yang ditakutkan CaCl2 menempel pada kaca arloji. Penambahan metil merah untuk mengetahui suasana larutan ketika telah ditambahkan urea untuk menetralkan suasana. Ditambahkan pereaksi Amonium Oksalat (Larutan A) untuk membentuk endapan CaC2O4.H2O yang kemudian dipanaskan kembali agar terjadi endapan sempurna juga untuk melarutkan urea. Menggested selama 1 jam agar endapan dan pengotor terpisah secara sempurna. Penyaringan untuk memisahkan endapan dan pencucian untuk menghilangkan pengotor klor (Cl) yang ada pada endapan. Filtrat hasil penyaringan di coba di teteskan pereaksi lagi dan hasilnya masih terbentuk keruh yang artinya masih terdapatnya Ca maka dilakukan kembali penambahan pereaksi. Setelah digested warna larutan sedikit pink kemudian ditambah larutan amoniak NH4OH agar suasana menjadi netral karena jika warna filtrat pink berarti suasana larutan tersebut masih asam dan suasana netral tersebut warnanya harus putih atau bening. Setelah penyaringan, endapan dan kertas saring dipijarkan agar terbentuk padatan CaCO3 berwarna putih. Kadar Ca yang didapat dari sampel cangkang keong sebesar 5,24%

Kesimpulan :
     Cangkang keong memiliki kadar Kalsium yang cukup tinggi yaitu sebesar 5,24%

Daftar Pustaka : 
     - Pancawati Wuri. 2014, Buku Modul Analisis Gravimetri, SMKN 1 CIKAMPEK
     - http://bukukimia.blogspot.in/2014/06/laporan-penentuan-kadar-Ca-sebagai-CaCO3.html